Kalau kamu ngikutin tren bek muda Eropa, nama Joško Gvardiol udah pasti nongol di radar. Tapi beda sama bek kebanyakan, Gvardiol itu bukan cuma ngandelin fisik. Dia paduan antara kekuatan Kroasia + otak Jerman + sentuhan Guardiola. Singkatnya: bek modern yang bisa bertahan, bawa bola, bahkan bantu serangan.
Lo mungkin pertama kali notice dia waktu Piala Dunia 2022, main pake topeng dan tetap jadi monster di lini belakang. Tapi itu cuma salah satu bab. Sekarang dia udah di City, dan Pep jelas gak asal rekrut.

Awal Karier: Dari Zagreb ke Bundesliga
Joško Gvardiol lahir di Zagreb, Kroasia, 23 Januari 2002. Dia gabung akademi Dinamo Zagreb, yang udah terkenal sebagai pabrik bakat (ingat Luka Modrić, Mateo Kovačić, dll). Tapi Gvardiol bukan tipe pemain yang harus “ditekan dulu baru jadi” — dia langsung matang. Debut di usia 17, tampil di Liga Europa, dan langsung kelihatan beda.
Gaya mainnya clean, duel fisik kuat, dan yang bikin unik: left-footed. Buat tim-tim Eropa yang butuh bek kiri natural, itu aset mahal.
Tahun 2020, dia direkrut oleh RB Leipzig, tapi tetap main di Dinamo semusim sebagai bagian deal. Pas nyampe Jerman? Gak butuh adaptasi lama. Dia langsung ngisi posisi utama dan mulai masuk daftar “bek muda terbaik dunia.”
Gaya Main: Defender Tapi Main Kayak Playmaker
Gvardiol itu bek tengah, tapi sering juga dipakai di left-back — dan dua-duanya dia jalani dengan tenang. Postur 185 cm, badannya solid, tapi yang paling mencolok dari dia adalah:
- Ketajaman dalam duel satu lawan satu.
- Kemampuan dribble dari belakang.
- Passing panjang dan progresif.
Dia bukan bek yang buang bola asal. Dia tau kapan harus build-up dari bawah, kapan harus dorong bola ke depan, dan kapan harus nyolok celah buat tembus pressing lawan.
Dan yes, dia juga bisa bawa bola sendirian sampai setengah lapangan. Bek modern harus bisa kayak gelandang — dan Gvardiol udah punya itu semua.
Piala Dunia 2022: Bukan Sekadar “Topeng Hitam”
Di Piala Dunia Qatar, Gvardiol jadi bek terbaik turnamen menurut banyak analis. Main di usia 20, tapi tampil seolah udah veteran. Dia jadi tembok buat Kroasia, bawa mereka ke semifinal, dan bahkan nyetak gol keren lawan Maroko di perebutan tempat ketiga.
Yang bikin ikonik? Topeng pelindung mukanya. Bukan cuma bikin dia keliatan kayak superhero, tapi juga bikin dia makin intimidating di lapangan.
Dan sejak turnamen itu, harga pasar Gvardiol naik gila-gilaan. Semua klub Eropa besar ngebid — tapi cuma satu yang menang.
Transfer ke Manchester City: 90 Juta Euro Buat Masa Depan
Musim panas 2023, Manchester City resmi rekrut Gvardiol dari RB Leipzig dengan harga sekitar €90 juta — menjadikannya bek termahal di dunia saat itu (nyalip Maguire sementara).
Pep Guardiola butuh bek kiri berkaki kidal yang bisa bantu build-up dan cover serangan balik. Dan Gvardiol bener-bener sesuai blueprint Pep: disiplin, ball-playing, dan fleksibel.
Awal musim adaptasinya agak lambat. Tapi makin lama, dia makin settle. Bahkan di laga-laga besar, dia tampil solid. Mulai dari main di back-three, sampai ditarik jadi fullback invertable ala Pep — semuanya dia jalani tanpa panik.
Statistik & Kontribusi Musim 2023/24
- Lebih dari 40 penampilan di semua kompetisi.
- Passing akurasi di atas 90%.
- Beberapa kali bikin gol dan assist dari sisi kiri.
- Clean sheet ratio tinggi saat dia main bareng Rúben Dias.
Dan lo inget golnya lawan Fulham? Satu solo run dari belakang, trus nge-finish kayak striker. Pep cuma geleng-geleng waktu itu.
Timnas Kroasia: Generasi Baru, Tanggung Jawab Besar
Setelah era Modrić dan Perišić mulai meredup, Gvardiol sekarang jadi salah satu leader baru timnas Kroasia. Masih muda, tapi udah jadi starter mutlak. Dia gak cuma jaga lini belakang, tapi juga jadi distributor utama bola dari bawah.
Di Euro 2024 dan ke depan, Gvardiol jelas bakal jadi tulang punggung. Dengan pengalaman yang dia bawa dari City, mentalnya makin kuat. Dan banyak yang percaya, dia bisa jadi kapten masa depan Kroasia.
Kesimpulan
Joško Gvardiol bukan cuma bek muda dengan harga mahal. Dia adalah paket komplet: fisik, taktik, teknik, dan mental. Di usia 22, dia udah buktiin bahwa dia bukan sekadar wonderkid — tapi bek elit yang bisa main di sistem tersulit sekalipun.
Dia datang ke City bukan buat belajar — tapi buat langsung jadi pondasi baru. Dan kalau perkembangan ini lanjut, Gvardiol bisa jadi salah satu bek terbaik dunia selama satu dekade ke depan.